BOCORNYA Draf Sprindik atas penetapan Ketua Umum
Partai Demokrat sebagai tersangka terus ditelusuri dan menghembuskan
isu tidak sedap jika para pimpinan Komisi Pemberatasan
Korupsi (KPK) merupakan pembocornya. Menghadapi
hal itu Abraham Samad salah satu pimpinan KPK yang namanya
turut tersangkut sebagai salah satu pembocor sprindik
mengatakan bahwa semua itu hanya kerjaan orang yang
tidak bertanggung jawab dan merupakan fitnah yang sangat
keji untuk menjatuhkannya dari kursi pimpinan KPK.
“Saya tegaskan saya tidak pernah membocorkan. Ini
fitnah untuk menjatuhkan saya. Menjatuhkan dari jabatan
ketua,” tegas Abraham, Kamis.
Abraham berharap aksi fitnah itu sebaiknya dihentikan
karena bisa merusak nama baik seseorang. “Sudahlah,
berhenti memfitnah dan saling menjatuhkan,” lanjutnya.
Tim investigasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
terus memburu siapa saja oknum penyebar draft Sprindik
atas nama Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum,
yang dibocorkan ke public dengan melakukan pemeriksaan
kepada pegawai internal KPK termasuk unsure pimpinan
KPK. Setidaknyua sudah ada 10 orang yang diperiksa
oleh tim investigasi dibawah pimpinan.
“Ada 10 orang diperiksa, termasuk 3 pimpinan KPK,” ungkap
juru bicara KPK, Johan Budi, Kamis. Menurut Johan, pemeriksaan
yang dilakukan tim investigasi dibawah pengawasan
Deputi Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat.
“Investigasi sudah selesai dan akan disampaikan pastinya
nanti,” pungkas Johan.
Pembocor Sprindik Anas
Terus Dikejar KPK
Pembocor “Sprindik Anas” Di Dugaan Oknum Istana
Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Boni
Hargens, mengatakan, dugaan ini bisa saja terjadi dari
istana karena mereka sibuk dengan masalah hukum yang
diduga disangkakan kepada sosok Anas Urbaningrum,
bukan institusi Istana yang bermain, melainkan orang-orang
yang bermain di dalam Istana yang menghantam Anas.
“Dugaan ini bisa saja ini terjadi dari istana, karena
memang istana sibuk dengan masalah hukum Anas. Karena
sprindik juga berkaitan dengan Anas dan jika ada tuduhan
perbuatan ini dari Istana, menurut saya ini cukup logis,”
ujar Boni, Kamis .
“Jadi bukan Istana secara kelembagaan, tetapi orang
orang yang bermain di dalam Istana, yang ingin menghajar
Anas dan kebetulan mereka ada di lingkungan Istana,”
tegas Boni. Boni menganalisa, siapapun bisa bermain, termasuk
dari partai politik manapun dan ada unsur kesengajaan.
Sebab ini merupakan kasus hukum yang mempunyai
nilai politis tinggi, hingga dirinya berharap KPK bisa
menjaga dan menyimpan semua kerahasiaan secara rapi,
normal, obyektif, dan tidak ada intervensi.
“Ya pastinya, menurut saya itu ada kesengajaan. Karena
ini kasus hukum yang nilai politisnya tinggi. Ini politiknya
luas dan juga berbahaya,” tegasnya.
“Tapi buktinya kan ada tangan kotor masuk. Jadi artinya
ini ujian, KPK harus kembali pada integritasnya,” pungkas
Boni.
Label:
EDISI VIII
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar