Pemborosan Anggaran Berlabel Lawatan
MESKI dikecam, mereka tetap saja pele¬siran ke luar negeri dengan kemasan studi banding. Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) bahkan memperkirakan studi banding 20 anggota Komisi Riset dan Tekhnologi Dewan Perwakilan Rakyat ke Amerika Serikat dan Brasil menghabiskan biaya sekitar Rp. 2,89 miliar.
“Perhitungan biaya tersebut kami buat berdasarkan standar perjalanan dinas pe¬jabat dengan pesawat eksekutif dan hotel bintang lima,” jelas Koordinator Investi¬gasi dan Advokasi Fitra, Uchok Sky Kha¬dafi.
Kepergian dua tim dari Komisi Tekhno¬logi ke Amerika Serikat dan Brasil, tiga pe¬kan lalu itu guna membahas rancangan undang-undangan tentang antariksa. Tim pertama terdiri tujuh anggota Dewan plus empat pegawai Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) terbang menuju Amerika Serikat pada 7 Desember lalu. Di Amerika, mereka mengunjungi NASA, perusahaan Boeing, dan universitas Goerge Washington.
Ada pun tim kedua, terdiri dari 13 ang¬gota Dewan plus empat pegawai Lapan, menuju Brasil pada 9 Desember, dan kem¬bali pada 18 Desember. Kesemua tim ter¬sebut di dampingi dua orang staf Komi¬si. Dijelaskan Uchok, perjalanan ke Brasil me¬nelan biaya Rp. 1,91 miliar, sedangkan ke Amerika Serikat mencapai Rp. 975,7 juta. ”Fitra mengucapkan selamat berlibur dan bersenang-senang di atas penderita¬an orang-orang miskin,” kata Uchok.
Sebenarnya target dari studi banding para anggota Komisi Riset dan Tekhnologi Dewan Perwakilan Rakyat ke Amerika Serikat dan Brasil bertujuan baik, yaitu dalam upaya untuk membahas rancangan undang-undang mengenai antariksa. Na¬mun, sayang dari kajian Lembaga Pener¬bangan dan Antariksa Nasional (Lapan) sendiri menyatakan bahwa sasaran studi banding tersebut tidak msesuai.”Kami mengusulkan India dan Ukraina. Brasil dan Amerika Serikat itu usulan Dewan,” kata Kepala Bidang Pengkajian Kedirgan¬taraan Internasional Lapan, Ahmad Bekti.
Ahmad menjelaskan, alasan dipilihnya India dan Ukraina karena kedua negara itu telah terjalin hubungan kerjasama de¬ngan Lapan. ”Kunjungan ke kedua negara itu akan lebih mudah. Sebab sejak awal sudah terbangun komunikasi,” paparnya. Meski kunjungan para anggota Dewan ini dihujani berbagai kritik, baik dari ma¬syarakat maupun pengamat dirgantara namun kunjungan ke Amerika menurut Fitra masih bisa dibenarkan.
Yang menjadi pertanyaan besar ba¬nyak pihak, termasuk pengamat mengapa Brasil masuk dalam agenda kunjungan, sementara negara di Asia yang sudah maju seperti India dan Cina diabaikan. ”Kenapa memilih negara yang jauh pada¬hal banyak negara di Asian yang sudah maju seperti India dan Cina,” kata Dudi Sudibyo pengamat dirgantara. Oleh sebab itu, Dudi curiga bahwa lawatan ke Brasil hanya kedok anggota Dewan untuk jalan-jalan. Tudingan Dudi dibantah Nur Yasin, anggota Komisi dari Fraksi Partai Kebang¬kitan Bangsa. Menurut Nur Yasin, dipilih¬nya Amerika dan Brasil karena kedua negara itu memiliki pengetahuan tentang antariksa yang tingggi
Setali tiga uang, anggota Komisi Tekh¬nologi, Alimin dari Fraksi Parta Amanat Nasional menegaskan,bahwa komisinya bertandang ke Amerika Serikat untuk mempelajari tekhnik memotret Indonesia dari luar angkasa. Ia pun membantah bahwa Komisi Tekhnologi melakukan pem¬borosan dalam studi banding. ”Sila¬kan nanti diperiksa KPK dan BPK. Kami melakukan ini untuk tugas negara mem¬buat undang-undang,” kata Alimin.
Sedangkan Ketua Fraksi Demokrat DPR RI Nurhayati Assegaf mengatakan, akan menjatuhkan sanksi kepada tiga anggotanya yang ngotot melakukan studi banding ke Brasil. “Kami akan beri teguran dan minta penjelasan dari mereka me¬ngapa tetap pergi padahal izin belum ada,” jelas Nurhayati. *cam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar